Dear readers…tanpa bermaksud menandingi tetralogi laskar pelangi milik bapak Andrea Hirata, maka inilah sekuel kedua cerita lanjutan tentang liburan saya…(yang ga berkenan di tag..remove aja)
PROMO ATTACK
Pagi itu tiket air asia PROMO kami bertujuan mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Harganya berapa ?? karena sekali lagi itu tiket PROMO, maka biaya naik pesawat kali ini adalah sebesar Rp.144.000 PP (ketauan deh…gratisan hunter dan betapa kere nya). Di tiket tertulis dengan tinta hitam disebuah kertas kumel (akibat suami saya yang memperlakukannya dengan tidak layak =p) :
Berangkat (cengkareng) 10.50 AM…….Tiba (Denpasar) 1.35 PM
Waow…lama amat ??? tenang dulu teman, saya juga baru ingat kalau Bali kan sudah masuk wilayah WITA, jadi ada perbedaan waktu dengan pulau jawa sebanyak 1 jam (jadi itung sendiri aja durasi terbangnya..happy counting ).
Kami pun tiba di bandara, lalu check in…na..na.aa..dag dig dug rasa hati (terutama hati suami) manakala tas carrier suami yang mau masuk bagasi ditimbang petugas…16,8 kg (kalo ga salah)..ALHAMDULILLAH lolos dari overweight. FYI…hari itu,,gambaran barang bawaan saya dan suami adalah sebagai berikut :
Suami 1 carrier item gede 16,8 kg, 1 daypack merah sedang mungkin sekitar 6 kg an
Saya 1 daypack mungkin sekitar 6 kg an juga, 1 tas selempang kecil (untuk Hp dll), 1 tas kamera
Selanjutnya kami baca tiket kami, dan….SURPRISE yang menyenagkan…kami dapat kursi duduk nomor 2E dan 2F…wuaaaowww…saudara-saudara, girang bukan main,, itu kan salah sekian deretan kursi hot seat di pesawat. Ya Allah, puji syukur beruntungnya kami (yang bisa jadi juga disebabkan karena amal-amalan yang baik…aamiin
)..padahal kan kita bayarnya super murah. Slogan Air asia memang benar “now, everyone can fly”….so we Fly…bye Jakarta…
Pesawat terbang melintasi Jawa barat, Jawa Tengah….keliatan lah Pulau Jawa, gunung Semeru dan Gunung Bromo, garis pantai dari atas (yang penampakannya mirip relief topografi yang saya lihat di museum gajah) hingga akhirnya tiba di penghujung destinasi, yaitu Bali…Welcome…
LOST IN BALI
Tiba di Bandara, jeng…jeng…bener-bener merasa salah kostum dan penampilan. Penumpang lain menggunakan koper atau daypack biasa, dengan bawaan dan setelan pantai nan santai (bahkan ada yang bawa papan surfing dan alat mancing komplit segala), plus sudah dinanti oleh jemputan yang akan mengantar meraka berhura-hura. Apa kabar dengan kami ??? still in the middle of no where..dengan setelan naik gunung dan kumel pula plus sebuah buku paririmbon sakti dengan judul “LONELY PLANET” edisi Indonesia tahun 2010 (bawaan wajib backpacker nii).
Kuputuskan, dzuhur dulu deh…baru mikir mau ke mana dan gimana (berhubung 3 sekawan yang lain jadwal keberangkatan pesawatnya berbeda dengan kami berdua..ada yang baru tiba sore, ada pula yang baru tiba malam).
Seusai shalat..
Suami : “nong, kak adit punya ide, daripada nunggu gak jelas di sini sampai malem, gimana kalau kita ke mataram duluan, ya ?? jadi many bisa cari penginapan dulu juga untuk istirahat”
Saya : “ke mataram naik ??”
Suami : “ke terminal ubung dulu cari bus ke padang bai (padahal di lonely planet jelas2 tertulis kalau mau ke Padang bai..kita ke terminal Batu Bulan, Rp 20000 sampai Padang Bai), terus nyebrang pakai ferry”
Saya : ……(nurut aja daripada ditinggal sendirian)
Suami : “oke, cari taksi yu, tapi di luar bandara aja biar murah”
Dan berjalanlah kami mencari taksi dengan bawaan segambreng.
---Ubung Terminal---
Naik taksi hingga Ubung dari dekat bandara mengeluarkan ongkos sebesar Rp 70.000. Sebagian readers mungkin berpikir, sombong betul ni kita berdua naik taksi padahal budget ketat….hehe, tahan dulu sobat…inilah bedanya Bali dan Pulau Jawa. Di Pulau Jawa,, transportasi seliweran nyaris 24 jam, angkot, bus, kereta, becak, mobil charteran, ojeg bahkan delman bisa mudah ditemui ke berbagai tujuan. Di Bali ??? angkot aja langka, kalaupun ada…palingan beroperasi sampai jam 3 atau 4 sore WITA, bus juga adanya di waktu-waktu tertentu. Mayoritas penduduk Bali menggunakan transportasi motor, bus (yang hanya beroperasi pada jam tertentu dan dalam jumlah armada tertentu pula), taksi, ojeg dan sejenisnya selama bepergian…bahkan ada yang namanya taksi ojeg alias ojeg by call yang terorganisir rapi layaknya perusahaan taksi blue bird. Hal ini pula yang saya dan suami yakini sebagai salah satu alasan kenapa harga barang pabrikan (macam minuman dan makanan kemasan) di Bali harganya cukup mahal…biaya distribusinya tinggi ternyata.
Sepanjang perjalanan menuju terminal, saya dan suami terheran2. Apakah di Bali sedang musim kawin ?? kok, banyak janur dimana-mana ???....ternyata bukan…janur di depan rumah2 berarti sebagai wadah sesajen…ya…pulau sejuta sesajen, dari mulai depan rumah, depan pohon, pinggir jembatan, depan kaca mobil, depan pintu kamar hotel, deket tempat kasir di minimarket circle K, smua ada sesajennya. Weleh..weleh…soal makanan, jangan heran kalau nemu menu “sapi cebol (istilah saya dan suami untuk ‘babi’) guling” dengan mudahnya.
Tiba di Ubung,, saya dan suami masih kebingungan…hingga seorang calo bermuka preman dengan paksa menanyai kami mau kemana…akhirnya suami menjawab singkat “Lombok”….sang calo pun pergi meninggalkan kami tanpa minat (firasat buruk pertama muncul). Bus-bus yang tampak..semuanya bertuliskan jurusan gilimanuk (yeehaaa…pertanda semakin jelas)
Di tengah keganjilan, kami bertemu dengan bapak tukang ojeg setempat (disingkat aja, kita sebut bapak ini BToS).
BToS : “Mau kemana, mas ?”
Suami : “mau cari bus pak ke Lombok…lewat padang bai ya ??”
BToS : “oh..ada, tapi nanti sore jam 5 atau setengah 6 sore, itu juga kalau ada, soalnya busnya Cuma ada 2 (ada tulisan LISA di depan kaca busnya), jadwal nariknya pagi2 dan sore…dan itu Cuma sampai XXX….(lupa nama daerahnya), terus naik bus lagi….mau naik ojeg aja apa ?? 60 ribu seorang sampai padang bai???”
Suami : ……..(ekspresi kaget, bingung, khawatir, dan lelah campur aduk, sedangkan jam tangan baru menunjukkan pukul 3.30 WITA)
Akhirnya….kami pun menunggu terkatung-katung dag dig dug ser…bersama seorang ibu yang biasa naik bus yang sama sambil berbincang-bincang dan main catur makan kuaci (hehe…engga ding..ngobrol aja) dengan tukang ojeg setempat. Senja merayap…suasana jalan semakin sepi….jarang kendaraan umum melintas…cahaya meredup hingga si bus LISA datang. OMR (singkatan dari Oh, My Rabb)….harusnya tadi kami naik bus dari batu bulan,,di sana banyak kendaraan ke Padang bai (akibat ga percaya paririmbon) …fuuh….inilah awal pengetahuanku ttg luar jawa.
Si bus LISA masuk kandang (garasi terakhirnya), kenek menawari jasa mengantar kami dengan mobil pribadinya…sampai padang bai dengan ongkos Rp 70.000. dengan muka kucel…suami dan aku pun setuju. Malam merayap…wangi dupa di sepanjang jalan kadang samar tercium..tanpa suara adzan maghrib…jalanan sepi, tenang, namun rumah2 adat bali berderet sepanjang jalan…artinya….PULAU INI SEBENARNYA PENDUDUK ASLINYA CUKUP MAPAN…..
---Padang Bai---
sudah sangat malam, lelah….musik ajep2 khas clubbing di sekitar jalan, bule-bule asing berseliweran. Dengan bekal paririmbon (kali ini kami nurut)…dipertemukanlah dengan penginapan yang suasananya lumayan seharga 150.000/ malam…terimakasih ya Rabb…
Sampai jumpa dengan teman-teman lainnya besok pagi….
2 be cont….